Pelatihan Partisipatory Disaster Risk Assessment (PDRA)

Partisipatory Disaster Risk Assessment merupakan proses dimana Kelompok pegurangan risiko bencana desa yang telah dibentuk disetiap desa kemudian dilatih untuk melakukan penggalian data kerentanan dan kapasitas lalu memberikan penilaian tinggi, sedang atau rendah kajian risiko bencana desa mereka sendiri dengan menggunakan indikator dari Perka BNPB no. 1 dan 2 tahun 2012. Dalama kajian kerentanan ada 4 komponen yang dinilai yakni:

  1. Sosial masyarakat
  2. Ekonomi,
  3. Fisik

Sedangkan dalam penilaian kapasitas ada 20 indikator dan terangkum dalam 6 bahagian besar yakni:

  1. Legilasi
  2. Perencanaan
  3. Kelembagaan
  4. Pendanaan
  5. Pengembangan kapasitas
  6. Penyelenggaaraan penangulangan kebencanaan

Pada proses identifikasi sumber dan dampak risiko bencana Metode Kartometrik menjadi cara yang diharapkan mempermudah mereka dalam proses tersebut. Kemudian untuk menguji akurasi dilakukan transek dan pendokumentasian lapangan daerah yang terdampak.

Kegiatan PDRA dilakukan selama 2 hari, hari pertama lebih kepada materi tentang kebencanaan, hari kedua melakukan praktek penggalian data dan transek.

Kegiatan PDRA diikuti oleh desa-desa di di Kabupaten Sigi, di dua (2) kecamatan dan enam (6) Desa yang terdiri dari :

  1. Kecamatan Kulawi : Desa Toro, dan Desa Mataue.
  2. Kecamatan Dolo Selatan, yaitu : Desa Bangga, Desa Walatana, Desa Poi, dan Desa Balongga.

Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Pengurangan Bencana Desa

Setelah melakukan kegiatan sosialisasi maka, selanjutnya akan dilakukan pembentukan dan pelatihan Kelompok Siaga Bencana (KSB). Musyawarah ini dihadiri oleh perwakilan setiap unsur pemangku kepentingan dalam desa dan perwakilan setiap dusun dan didampingi oleh Yayasan Penabulu sebagai pelaksana program. Musyawarah tersebut dipimpin oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Transparansi dan akuntabilitas menjadi dasar dalam proses pembentukan kelompok tersebut. Dalam musyawarah desa dibentuk forum pengurangan risiko bencana dan kelompok siaga bencana di setiap dusun.

Pada kegiatan ini diharapkan terbentuknya sebuah wadah atau kelompok tangguh bencana yang akan menjadi garda terdepan dalam penanggulangan resiko bencana di tingkat desa. Kelompok siaga bencana tersebut diharapkan juga dapat menjadi wadah dalam memberikan penyadaran dan pemahaman kepada masyarakat akan resiko bencana yang mereka miliki di wilayah mereka.

Lingkup Kelompok siaga bencana berada di Kabupaten Sigi, di dua (2) kecamatan dan enam (6) Desa yang terdiri dari :

  1. Kecamatan Kulawi : Desa Toro, dan Desa Mataue.
  2. Kecamatan Dolo Selatan, yaitu : Desa Bangga, Desa Walatana, Desa Poi, dan Desa Balongga.

 

Sosialisasi Kegiatan Program MRED Indonesia

 

Mengelola Risiko melalui Pembangunan Ekonomi (MRED) adalah program yang bertujuan untuk membangun komunitas yang tangguh bencana, dengan memperkuat kapasitas kelompok rentan untuk meminimalkan dampak bahaya alam dan guncangan terkait iklim dan tekanan, melalui kemitraan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Program MRED diimplementasi oleh Mercy Corps Indonesia yang bermitra dengan Yayasan Penabulu dan Karsa Institute.

Program MRED berfokus untuk bekerja pada kegiatan Manajemen Risiko Bencana, adaptasi perubahan iklim, termasuk penilaian kerentanan dan kapasitas, peningkatan kesadaran, dan proyek percontohan ketahanan masyarakat di Kabupaten Sigi, di dua (2) kecamatan dan sepuluh (10) Desa yang terdiri dari:

  1. Kecamatan Kulawi : Desa Toro; Desa Namo; Desa Salua dan Desa Mataue.
  2. Kecamatan Dolo Selatan, yaitu : Desa Bangga; Desa Sambo; Desa Walatana; Desa Poi; Desa Balongga dan Desa Pulu.

Awal bulan Juni 2020, pelaksana program merencanakan untuk melaksanakan salah satu kegiatan yang terdapat dalam program MRED Indonesia, yaitu kegiatan sosialisasi program ke 10 desa sasaran program. Kegiatan sosialisasi ini akan dilakukan 6 desa di Kec. Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.

 

Sosialisasi Program Peningkatan Ketangguhan Melalui Rantai Nilai yang Sensitif Terhadap Nutrisi dengan Perubahan Iklim yang Diadaptasi di Sulawesi Tengah

Peningkatan Ketangguhan Melalui Rantai Nilai yang Sensitif Terhadap Nutrisi dengan Perubahan Iklim yang Diadaptasi adalah program yang bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dan pencegahan bencana di Sulawesi Tengah

Program ini diimplementasi oleh Yayasan CARE Peduli yang bermitra dengan Yayasan Penabulu.

Hasil yang diharapkan dari program ini adalah pemulihan mata pencaharian masyarakat yang terkena dampak tsunami melalui penciptaan Fasilitas Kewirausahaan Komunitas (CEF) untuk memberikan kesempatan bagi kelompok perempuan dan pemuda untuk membangun kembali atau membangun mata pencaharian baru yang berkontribusi pada peningkatan ketahanan pangan dan pencegahan bencana di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Setelah kegiatan assessment dilaksanakan yang dilanjutkan dengan pengolahan data dan informasi, maka ditetapkan Desa Bolapapu dan Desa Mataue di kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi serta Desa Tompe dan Desa Lompio di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala menjadi lokasi pelaksanaan program pemulihan ekonomi ini.

540 penerima manfaat yang terdistribusi 270 penerima manfaat di Desa Bolapapu dan Desa Mataue di kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, dan 270 penerima manfaat di Desa Tompe dan Desa Lompio di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, menjadi target Program Ketahanan Melalui Rantai Nilai Sensitif Terhadap Nutrisi dan Perubahan Iklim Yang Diadaptasi ini.

Bulan Agustus 2020, pelaksana program merencanakan untuk melaksanakan salah satu tahapan kegiatan, yaitu sosialisasi ke 4 desa sasaran program. Desa Bolapapu dan Desa Mataue di kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, dan Desa Tompe dan Desa Lompio di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.

 

Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Komunitas

Palu, 31 Agustus 2020

Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim Berbasis Komunitas menjadi pelatihan pertama yang dilaksanakan bagi penerima manfaat.

Pelatihan tersebut diadakan sebanyak dua kali di dua tempat yang berbeda. Pelatihan digelar di  Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi, dan Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, pada tanggal 26-27 Agustus 2020.

Dalam pelatihan ini, peserta mendapat materi dan pengetahuan terkait pengurangan risiko bencana, analisis dan praktek untuk mengurangi risiko pada saat bencana terjadi. Pelatihan  dua hari ini, diikuti oleh dua orang perwakilan dari masing-masing kelompok.

Setelah pelatihan pertama ini selesai, selanjutnya akan dilaksanakan kembali pelatihan bagi semua anggota kelompok penerima manfaat program, dimana 2 orang peserta pelatihan pertama menjadi narasumbernya yang akan dikawal oleh pendamping lapangan dari Yayasan Penabulu.

Harapan dari kegiatan pelatihan tersebut adalah tiap peserta dan masing-masing kelompok dapat memahami, ,mempraktekkan, dan mengurangi risiko bencana ditingkat terkecil atau keluarga calon penerima manfaat, serta warga yang ada di sekitar (dusun) dimana para peserta tinggal. Hingga akhir Agustus ini, 18 Kelompok (270 penerima manfaat) di Desa Tompe dan Desa Lompio,  Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, telah mendapatkan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana ini. Sementara untuk 2 desa lainnya di Kecamatan Kulawi yaitu Desa Bolapapu dan Desa Mataue, Kabupaten Sigi, baru selesai dilaksanakan pelatihan untuk 36 orang penerima manfaat yang nantinya akan membagi pengetahuannya setelah pelatihan ini, ke kelompoknya masing-masing.