Kunjungan ICCO – KIA ke HUNTAP Desa Wisolo

Sigi, 12 Desember 2019

Dalam fase rehabilitasi dan rekonstruksi paska gempa dan likuifaksi PASIGALA, masyarakat terdampak yang tadinya masih tinggal di huntara mulai menempati hunian tetap yang sudah selesai mereka bangun.

Yayasan Penabulu dengan dukungan dari ICCO – KIA turut berkontribusi dengan membangun model rumah hunian tetap di daerah sasaran program, tepatnya di Desa Wisolo, Desa Jono, Desa Boladangko, dan Desa Tangkulowi. Desain model rumah hunian tetap dibuat dengan bentuk yang ramah gempa.

Dengan selesainya pembangunan model hunian tetap, maka ICCO – KIA berkesempatan mengunjungi model rumah yang sudah jadi di Desa Wisolo dan Desa Jono, Kecamatan Dolo Selatan.

Dalam kunjungan tersebut ICCO-KIA diwakili oleh Lenneke Braam-Regional Manager South East Asia ICCO Cooperation, Kiswara Santi-Regional Indonesia Program and Policy, dan Tiarma Fitri-SHO Sulawesi Project Officer.

Dalam kunjungan tersebut, Lenneke terkesan dengan pola pendekatan dan strategi yang dilaksanakan  oleh Penabulu, “Penabulu tidak bekerja untuk masyarakat tetapi mereka bekerja bersama masyarakat”, dan “penting untuk bekerja dengan pola dan pendekatan yang sederhana dan secara partisipatif”. “Dan memulai bekerja dengan menjadikan masyarakat terdampak sebagai titik awal dalam menyusun sebuah program”.

Pembangunan Model Hunian Tetap, Desa Jono, Kecamatan Dolo Selatan

Dolo Selatan 26 November 2019

Setelah tercapai kesepakatan warga melalui proses musyawarah terkait desain dan model hunian tetap, maka proses selanjutnya adalah tahap pembangunan rumah model huntap.

Seperti contoh di Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan, warga desa diberi keleluasaan untuk memilih desain dan model rumah yang akan mereka bangun. Warga dapat memilih desain rumah yang ditawarkan oleh Yayasan Penabulu atau yang ditawarkan oleh Kementerian PUPR.

Di Desa Jono model huntap dibangun di tanah milik Bapak Hezfrianto (Kepala Desa Jono). Pembangunan huntap diawasi oleh Tim Pelaksana Pembangunan (TPP), yang diketahui oleh Kepala Desa.

Estimasi pembangunan model huntap selama 30 hari. Tim pelaksana melakukan pengawasan pembangunan sesuai dengan gambar desain huntap dan dengan biaya yang sesuai dengan rencana anggaran biaya (RAB) yang telah disepakati.

Selain di Desa Jono, pembangunan model huntap lainnya, juga dilakukan di beberapa desa dampingan Yayasan Penabulu, diantaranya Desa Wisolo, Desa Boladangko, dan Desa Tangkulowi.

Dinas Lingkungan Hidup meninjau Aktivitas Bank Sampah

Palu, 22 November 2019

Dalam rangka kegiatan pengelolaan sampah plastik secara terpadu di Kota Palu, saat ini telah terbentuk lima bank sampah yang tersebar di Kelurahan Besusu Timur, Kelurahan Birobuli Selatan, Kelurahan Tatura Selatan, Kelurahan Silae, dan Kelurahan Kayumaleo Pajeko.

Aktivitas bank sampah di kelurahan-kelurahan tersebut telah berjalan sejak bulan Agustus lalu. Masyarakat yang terdaftar sebagai nasabah bank sampah secara rutin dalam waktu seminggu sekali melakukan penimbangan sampah plastik yang masih dapat di daur ulang. Setiap nasabah memiliki buku tabungan sebagai catatan transaksi sampah plastik yang disetorkan.

Pada satu kesempatan (18/11/2019), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu yang diwakili oleh Tinus Siampa selaku Kabid Pengendalian Pencemaran  Kerusakan & Pengembangan Kapasitas Lingkungan (P2KPKL), meninjau aktivitas bank sampah di Kelurahan Birobuli Selatan, Kelurahan Besusu Timur, dan Kelurahan Silae.

Tinus Siampa mengapresiasi kegiatan bank sampah yang sudah berjalan. Bisa tetap eksis sekalipun masih terbatas dalam penganggaran.

Harapannya, Penabulu tetap bisa mendampingi kegiatan dan pengelolaan bank sampah, tidak terbatas di lima kelurahan saja, namun dapat diperluas ke seluruh kelurahan di Kota Palu. Supaya dapat tercipta lingkungan yang asri dan nyaman.

Monitoring Pertumbuhan Benih Mangrove, Kelurahan Kayumaleo Pajeko

Kayumaleo Pajeko, 19 November 2019

Setelah selesainya aktivitas penanaman benih Mangrove di Kelurahan Pantoloan Boya, Kelurahan Panau, Kelurahan Mamboro, dan Kelurahan Kayumalue Pajeko, aktivitas selanjutnya adalah perawatan dan monitoring pertumbuhan benih Mangrove.

Perawatan dan monitoring adalah kegiatan penjagaan benih-benih Mangrove yang telah ditanam. Tahap ini dilakukan secara berkala penting, karena akan dapat menjaga kelulusan hidup benih Mangrove supaya memiliki pertumbuhan yang optimal.

Perawatan dilakukan melalui penyiangan, penyulaman, dan pengontrolan terhadap terhadap faktor perusak. Jika ada benih Mangrove yang mati, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan mengganti benih-benih Mangrove yang mati dengan benih Mangrove yang baru.

Selain penyulaman, aktivitas perawatan berikutnya adalah penyemprotan. Penyemprotan dilakukan untuk mencegah datangnya kutu daun dan serangga lainnya. Bila serangan hama ini terjadi, sebaiknya benih yang terserang dimusnahkan, agar menghambat penyebarannya pada benih lain.

Perlindungan benih Mangrove lainnya adalah pengawasan terhadap hewan ternak yang berkeliaran di area penanaman benih Mangrove. Untuk serangan Sapi, dilakukan dengan cara negosiasi dan sosialisasi kepada penggembala setempat, dan himbauan agar tidak menggembalakan Sapi di sekitar area penanaman.

Pengolahan Sampah Organik dengan Magot BSF

 

Silae, Palu, 10 November 2019

Dalam kerangka pengurangan sampah di Kota Palu, dan setelah dibentuknya bank sampah di beberapa kelurahan, kegiatan lain yang akan dijalankan adalah pengolahan sampah organik melalui budidaya magot BSF.

Kegiatan persiapan budidaya magot mulai dilaksanakan di Kelurahan Silae dan Kelurahan Birobuli Selatan.

Pengolahan sampah organik dengan menggunakan Larva Black Soldier Fly (BSF), adalah memasukkan larva magot ke dalam tumpukan sampah organik, seperti sampah buah-buahan atau sayuran.

Magot dipelihara dalam kandang berdinding kawat nyamuk, agar udara dapat tetap masuk dan magot mendapat udara dan suhu yang cukup.

Budidaya magot BSF mampu merombak biomassa dan mengurangi sampah organik, mengurangi bau yang biasa timbul dari penguraian sampah, menghilangkan mikroba pathogen, dan mengurangi senyawa-senyawa yang berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.

Selain mampu mengurangi timbulan sampah organik, magot juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Magot dapat digunakan sebagai pakan alternatif berbagai macam ternak dengan kandungan protein yang tinggi.

Penanaman Bakau di Kecamatan Tawaeli dan Kecamatan Palu Utara, Kota Palu Sulawesi Tengah

Kota Palu, Periode Kegiatan: 30 September – 1 November 2019

A. Kelurahan Mamboro Barat

Setelah memulai penanaman di Kelurahan Kayumalue Pajeko, saat ini Penabulu melakukan penanaman bakau di Kelurahan Mamboro Barat Kec. Palu Utara dengan melibatkan beberapa lembaga pencinta alam yang berada di Kelurahan Mamboro barat, yaitu KPA ORZ-SAT, KPA IPELIGER, UNIT JRPG, dengan jumlah keseluruhan yang hadir dalam penanaman tersebut 24 Orang.

 

Penanaman bakau di Kelurahan Mamboro Barat Kec. Palu

Kegiatan ini di lakukan pada tanggal 30 September dengan target yang di tanam yaitu 3.000 benih. Dari target terget tersebut, kegiatan penanaman dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu 30 September 2019 dan 6 Oktober 2019, dan 1 November 2019. Setelah benih 3.000 telah tertanam, KPA ORZ-SAT masih ingin menambah jumlah bakau di Kelurahan Mamboro Barat di lokasi yang berbeda, sehingga saat ini jumlah bakau yang di tanam di Kelurahan Mamboro sebanyak 5.700 dan telah tertanam.

Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat (besi yang dibentuk huruf T).

B. Kelurahan Kayumalue Pajeko

Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara juga merupakan wilayah program untuk penanaman bakau dan pemulihan ekonomi. Selain melakukan penanaman, di Kelurahan Kayumalue Pajeko juga dilakukan penyemaian bakau sebanyak 7.000 yang diperuntukkan untuk penyulaman. Saat ini benih yang telah disemai telah berusia 2 bulan, terhitung sejak bulan Agustus 2019.

 

Bibit bakau Rizhopora Apiculata yang telah berusia dua bulan

Selain penyemaian, juga telah tertanam bakau di Kelurahan Kayumalue Pajeko dengan melibatkan masyarakat dan komunitas IPELIKA yang ada di Kelurhan Kayumalue Pajeko dan komunitas pencinta alam. Saat ini  telah tertanam bakau di Kelurahan Kayumalue Pajeko berjumlah 7.000 pohon.

Selain menanam bakau, Penabulu juga telah membentuk 4 kelompok usaha perempuan nelayan di Kelurahan Kayumalue Pajeko, yang saat ini dalam proses melengkapi administrasi kelompok untuk membuat rekening kelompok.

Penanaman di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara

C. Kelurahan Panau

Kelurahan Panau juga telah tertanam bakau sebanyak 4.000, penanaman di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaeli dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak, antara lain Revolusi Hijau, ORZ-SAT, EPILIGER, DKP, dan masyarakat Kelurahan Panau. Selain penanaman, di Kelurahan Panau juga telah terbentuk 10 kelompok usaha perempuan nelayan yang saat ini masih dalam proses melengkapi administrasi untuk membuat rekening kelompok.

Penanaman bakau di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli

Kelurahan Panau juga telah tertanam bakau sebanyak 4.000, penanaman di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaeli dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak, antara lain Revolusi Hijau, ORZ-SAT, EPILIGER, DKP, dan masyarakat Kelurahan Panau. Selain penanaman, di Kelurahan Panau juga telah terbentuk 10 kelompok usaha perempuan nelayan yang saat ini masih dalam proses melengkapi administrasi untuk membuat rekening kelompok.

Musyawarah pembentukan kelompok di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli

D. Kelurahan Pantoloan Boya

Saat ini di Kelurahan Pantoloan Boya juga telah tertanam bakau 4.435 benih bakau, yang saat ini sebagian telah berusia 2 bulan terhitung sejak bulan Agustus 2019. Penanaman bakau di Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Tawaeli melibatkan beberapa pihak, antara lain DKP Provinsi Sulawesi Tengah, kelompok perempuan, Mapala Wanacikal Fakultas Kehutanan Univ. Tadulako, masyarakat Pantoloan Boya, KPA ORZ-SAT, Himpunan Mahasiswa Kehutanan Univ. Tadulako. Selain penanaman bakau, juga telah terbentuk 2 kelompok usahan perempuan nelayan di Kelurahan Pantoloan Boya, yang saat ini masih dalam proses melengkapi dokumen administrasi untuk pembuatan rekening kelompok.

Penanaman Bakau di Kelurahan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli

 

Lokalatih Pemetaan Sistem Pasar Dan Kelembagaan Ekonomi Lokal Dalam Penanggulangan Bencana

Kota Palu, Periode Kegiatan: 28-31 Oktober 2019

Penabulu telah usai melaksanakan kegiatan Lokalatih Pemetaan Sistem Pasar dan Kelembagan Ekonomi Lokal Dalam Penanggulangan Bencana. Kegiatan dilaksanakan selama 4 hari dan dikuti oleh 15 peserta dari lembaga Mitra ACT Alliance dan Lembaga lokal di Palu. Di antaranya:

  1. YAKKUM Emergency Unit – YEU
  2. PELKESI
  3. Church World Service – CWS
  4. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia – PGI
  5. PENABULU
  6. KARSA Institute
  7. Perkumpulan Inovasi Komunitas – IMUNITAS
  8. Studi Informasi dan Komunikasi Publik – SIKAP Institute
  9. Yayasan Panorama Alam Lestari – YPAL
  10. Relawan untuk Orang dan ALAM – ROA
  11. Solidaritas Perempuan – SP Palu

Secara umum, lokalatih ini bertujuan untuk mengarusutamakan penilaian dan analisis sistem pasar sebagai bagian dari kajian penyusunan rencana kegiatan tanggap darurat. Sedangkan secara khusus lokalatih ini bertujuan untuk:

  1. Mengidentifikasi pola rantai pasok komoditas penting pasca bencana di skala desa dan kecamatan (khususnya pangan rumah tangga, material shealter dan komoditas lokal),
  2. Mengidentifikasi jumlah suplai dan pemenuhan kebutuhan komoditas penting,
  3. Memahami kendala sistem pasar dalam pemenuhan kebutuhan pangan pasca bencana,
  4. Pengamatan infrastruktur pasar dan pendukung lainnya pasca bencana,
  5. Identifikasi kondisi dan pola mata pencaharian masyarakat sebelum dan pasca bencana,
  6. Identifikasi kebijakan yang mempengaruhi sistem pasar.

Hasil yang diharapkan dari lokalatih ini untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari tindakan kemanusiaan awal yang diambil untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat yang terkena dampak khusus untuk melindungi keamanan pangan dan mata pencaharian masyarakat terdampak.

Pelatihan Budidaya dan Penanaman Bakau

Kota Palu, Periode Kegiatan: 2 September – 14 September 2019

Pasca melakukan sosialisasi, selain membuat pelatihan dan pembentukan kelompok usaha, penabulu juga melakukan pelatihan budidaya bakau sekaligus mendorong masyarakat melakukan penanaman bakau bersama.

Sampai pada tanggal 14 september 2019, Penabulu telah melakukan 2 kali pelatihan budidaya masing di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu utara, dan di kelurahan Pantoloan Boya kecamatan Tawaeli.

 

Dalam pelaksanaan pelatihan juga melibatkan unsur pemerintah seperti pemerintah kelurahan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah,BPB, kelompok usaha ibu-ibu nelayan, dan nelayan.

 

Saat ini dari jumlah Bakau yang tertanam di 2 kelurahan yang telah dilakukan pelatihan sejumlah 4.000 pohon.

 

 

Pembentukan dan Pengorganisasian Kelompok Usaha Perempuan Nelayan, Palu Utara dan Tawaeli

Periode Tanggal 29 Agustus – 9 September 2019

Penanaman mangrove merupakan salah satu program dari Yayasan Penabulu dengan dukungan dari KIA. Selain melakukan penanaman mangrove, Yayasan Penabulu bulu juga mendorong pengembangan ekonomi melalui kelompok usaha perempuan nelayan. Yasayan Penabulu mendorong lahirnya sebuah inovasi berbasis produk dari olehan manggrove misalnya selai dan sirup mangrove, tepung mangrove, pewarna mangrove serta produk manggrove lainnya. Kegiatan usaha ini tidak menutup kemungkinan muncul sebuah inovasi produk berbasis perikanan dalam konteks lokal.

Saat ini Yayasan Penabulu telah membentuk 2 kelompok usaha di Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Tawaeli dengan jumlah anggota yang terlibat saat ini 14 KK  dengan 47 jiwa,  4 Kelompok usaha di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara dengan jumlah anggota 29 KK dengan 122 jiwa, dan 3 Kelompok usaha di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaeli dengan jumlah anggota 24 KK dan 82 jiwa. Pembentukan kelompok usaha wanita nelayan di Kelurahan Panau masi di di huntara Vatu Pondolu, dan di huntara Pacuan Kuda dan huntara Talise masih dalam proses pembentukan.

Kelompok usaha yang dibentuk dari perempuan nelayan yang dibentuk juga ikut serta dalam penanaman dan perawatan mangrove yang akan ditanam di masing-masing kelurahan.

Monitoring Capaian Program dan Kunjungan Lapangan oleh ICCO – KIA

Kota Palu, Periode Kegiatan: 06 – 07 September 2019

  1. Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi

Pasca terjadinya bencana alam di Provinsi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, Yayasan Penabulu ikut serta terlibat membantu masyarakat dibeberapa daerah yang terdampak bencana alam sejak Oktober 2018.

Penabulu – ICCO – KIA dan Dinas PERINDAG Kabupaten Sigi bersama dengan masyarakat terdampak Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan kabupaten Sigi

Pada 6 September 2019, Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu desa yang menjadi wilayah program Yayasan Penabulu mendapat kunjungan dari ICCO – KIA. Diskusi ini melibatkan pemerintah desa Jono, Dinas PERINDAG Kabupaten Sigi, dan masyarakat terdampak.

Setelah berdiskusi, ICCO – KIA didampingi oleh Yayasan Penabulu dan Pemerintah Desa Jono berkeliling untuk melihat bantuan yang sudah diberikan oleh Yayasan Penabulu yang didukung oleh ICCO – KIA di Desa Jono, antara lain Dukungan alat pertanian, pembangunan model hunian tetap, huntara, ruang ramah anak, MCK, air bersih, bangku dan pengeras suara di gereja Bala Keselamatan Korps Jono Jindi.

Mesin pemipil jagung merupaka salah satu bantuan yang diberikan oleh Yayasan Penabulu dengan dukungan ICCO – KIA di Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan.

Bak air bersih merupakan salah satu bantuan Yayasan Penabulu dengan dukungan ICCO-KIA di Desa Jono pada fase tanggap darurat.

ICCO -KIA, Penabulu, dan Kepala Desa Jono dilokasi pembangunan huntap melihat gambar model hunian tetap di Desa Jono.

B. Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara Kota Palu

ICCO – KIA, Kepala Dinas DKP Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kelompok usaha perempuan nelayan Kelurahan Kayumalue Pajeko dilokasi Penyemaian Mangrove.

Kedatangan ICCO – KIA ke Sulawesi tengah, selain mengunjungi Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi, ICCO – KIA juga mengunjungi wilayah program Yayasan Penabulu di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu utara Kota Palu. Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabid Pengelolaan Ruang Laut Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah,Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sulawesi Tengah,  BPBD Kota Palu, Pemerintah Kelurahan Kayumalue Pajeko, Pemerintah kelurahan Panau, Pemerintah Kelurahan Pantoloan Boya, serta kelompok usaha perempuan nelayan Kelurahan Kayumalue Pajeko.

Dalam kunjungan di Kelurahan Kayumalue Pajeko, ICCO – KIA juga mengunjungi lokasi penyemaian mangrove yang dibangun oleh Yayasan Penabulu bersama masyarakat Kayumalue Pajeko dan juga Komunitas remaja IPELIKA Kelurahan Kayumalue Pajeko. Selain berkunjung, ICCO – KIA bersama-sama dengan masyarakat serta pihak terkait melakukan penanaman mangrove disekitar lokasi penyemaian. Penanaman ini dibuka oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah, kemudian dilanjutkan oleh ICCO KIA, BPBD Kota Palu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah kelurahan, Babinsa Kelurahan Kayumalue Pajeko, dan masyarakat.

Penanaman magrove bersama-sama dengan masyarakat.

Setelah melakukan penanaman, ICCO – KIA, dan Penabulu diskusi bersama DKP Provinsi Sulawesi Tengah, DLH Provinsi Sulawesi Tengah dan BPBD Kota Palu, serta masyarakat penerima manfaat.

Suasana diskusi ICCO – KIA – Penabulu bersama Kadis DKP Provinsi Sulawesi Tengah, DLH Provinsi Sulawesi Tengah, BPBD Kota Palu, Pemerintah Kelurahan.

 

Foto bersama komunitas remaja (IPELIKA) Kelurahan Kayu Malue Pajeko.