“Kebun Kakao, Hunian Sementara Kita”

Hari dimana gempa pada tanggal 28/9/2018 telah memporak-porandakan Desa Wisolo, menyebabkan 361 rumah rusak berat dan 1.087 orang mengungsi. “goncangan gempa itu membuat desa kami dipenuhi hiruk pikuk kepanikan, teriakan dan tangisan ketakutan, yang terbesit adalah bagaimana kami dan keluarga kami selamat”. Saat itu kami sungguh-sungguh panik, kami berlari turun sejauh 2 km dari hunian kami di perbukitan. Semuanya gelap tak ada terang lampu satu pun saat itu, mungkin semua merasakan hal yang sama seperti kami. Yang paling menyedihkan, anak kami menjadi korban dalam gempa tersebut,” demikian yang dituturkan Yosep (32 tahun), Sersan Pintu Gereja Bala Keselamatan dan menjadi Kepala Tukang untuk pembangunan hunian sementara (huntara), Desa Wisolo, Dolo Selatan, Sigi. Kegagapan masyarakat tidak hannya terjadi pada saat gempa bumi, tetapi ancaman longsor dari bukit dan lipatan tanah, juga mengancam jiwa masyarakat.

Dampak kerusakan, Desa Wisolo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah

“Kami tidur berkumpul dengan keluarga tanpa atap dengan alas seadanya selama 2 hari lamanya. Kurang lebih sebanyak ±178 KK di ladang kakao yang kami rasa menjadi titik teraman untuk tinggal sementara. Kami sadar bahwa ladang kakao ini bukan milik dari warga, tetapi kami butuh lahan ladang ini untuk rumah tinggal sementara . Kemudian, kami berinisiatif untuk meminta ijin kepada 6 pemilik ladang kakao untuk membangun hunian sementara di ladangnya, alhasil pemilik ladang memberikan ijin kepada kami selama 2 tahun untuk menggunakan ladang kakaonya sebagai tempat hunian sementara, dan kami pun bersyukur diperbolehkan untuk memanfaatkan ladang kakaonya sebagai hunian,” ujar Afenti yang menjabat Kepala Dusun 2 Desa Wisolo menjelaskan dengan bersemangat.

Anak anak Desa Wisolo masih membantu orang tua meski tinggal di Hunian Sementara yang terletak Kebun Kakao

Meskipun demikian, kebersamaan masyarakat menjadi modal sosial utama dalam upaya pemulihan bencana. Orang yang tidak mau disebut namanya, pemilik kebun kakao memersilakan warga desa yang merupakan penyintas untuk tinggal sementara pada kebun tersebut. Bermodalkan sisa reruntuhan warga bergotong royong membangun bersama rumah sementara (temporary shelter) untuk berlindung dari panas, dingin, dan hujan, sambul menunggu uluran tangan pemerintah, gereja, atau pihak lain agar lebih bermartabat.

Melihat kondisi tersebut Program Relief ICCO-Penabulu melakukan serangkaian dukungan untuk pemulihan Desa Wisolo, sejauh ini Program Relief ICCO-Penabulu akan mendukung 15 ruangan fasilitas MCK untuk pemenuhan 56 KK, 343 jiwa, Pembangunan Gereja sementara untuk 356 jamaah dan pipanisasi air bersih untuk pemenuhan 168 KK, 555 jiwa. Per Desember kami telah menyelesaikan pembangunan 9 ruang MCK, Selebihnya akan kami bangun sesegera mungkin di bulan Januari, agar cepat dimanfaatakan oleh masyarakat Desa Wisolo.