Gempa Bumi dan Likuifaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala pada 28 September 2018 mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Desa Jono, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah adalah salah satunya.
Pada fase emergency respon, tahapan yang umum dilakukan oleh lembaga kemanusiaan di lokasi terkena dampak adalah pendataan. Data merupakan acuan bagi siapapun; baik pemerintah desa maupun lembaga kemanusiaan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.
Dalam proses pendataan korban bencana banyak sekali metode dan strategi yang digunakan. Mulai dari menggunakan form yang berlembar-lembar sampai mendatangkan tenaga ahli.
Minggu ke 3 pasca gempa, Penabulu bersama dengan ICCO Cooperation juga melakukan pendataan cepat di Desa Jono dengan mengidentifikasi jumlah penduduk terdampak, jumlah bangunan rusak dan apa saja kebutuhan masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan dasarnya.
Cara yang dilakukan oleh Penabulu dalam melakukan pendataan cukup unik. Disaat banyak lembaga kemanusiaan melakukan pendataannya secara mandiri, Penabulu justru melakukannya dengan melibatkan sumberdaya local dalam hal ini masyarakat terkena dampak untuk melakukan pendataan.
Berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh Penabulu tidak terputus hanya sampai kepada 4 orang warga saja, tetapi juga kepada Kepala Desa dan perangkat desa terakit dalam pendistribusian data kepada pihak lain yang membutuhkan dengan aplikasi Whatsapp. Pada minggu pertama dan kedua pasca gempa, pihak desa dapat menghabiskan kertas 1-2 rim hanya untuk mendistribusikan data kepada pihak-pihak yang ingin memberikan bantuan ke Desa Jono. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan Kepala Desa dalam pemanfaatan aplikasi Whatsapp untuk pendistribusian data.
Salah satu pemuda Desa Jono(Fernando) yang sedang melakukan veifikasi data penduduk dan status kerusakan bangunan (Foto Hendrik)
Dengan pendekatan inilah, kemudian banyak lembaga kemanusiaan yang langsung merespon cepat apa saja kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Jono, dan proses pemulihan pasca gempa di Desa Jono lebih cepat terealisasi dibandingkan dengan Desa lain di Kabupaten Sigi.
Saat ini pemerintah Desa Jono telah mengeluarkan kebijakan agar data yang didistribusikan kepada pihak luar yang ingin membantu Desa Jono adalah Data yang disusun oleh Penabulu dan 4 orang warganya. Dan data ini telah digunakan oleh banyak pihak seperti seperti ADRA, CWS, Pusaka Indonesia, CRS, YEU, YKMI, GKI dan Indonesia Cerdas.
Quote
Pada pasca bencana banyak lembaga kemanusiaan mulai berdatangan untuk memberi bantuan, mulai dari bantuan makanan, minuman, pakaian, MCK, tempat ibadah,dan tempat tinggal. Lembaga-lembaga tersebut sebelum memberi bantuan, mereka meminta data penduduk, korban jiwa, tingkat kerusakan, bahkan system mata pencaharian. Kami dari pemerintah desa kesulitan memberikan data, karena data yang ada terakhir update tahun 2015.
Kedatangan Penabulu di Desa Jono sejak Oktober 2018 sangat membantu kami khususnya pemerintah desa dalam menyiapkan kebutuhan data penduduk Desa Jono. Pada waktu itu anak-anak muda juga bisa belajar menggunakan komputer, ada juga yang belajar menggunakan Global Positioning System (GPS) yang dipakai untuk melakukan survey lahan dan titik – titik yang dibutuhkan dalam membangun kembali desa kami. Kegiatan itu dilakukan oleh pendamping dari Yayasan Penabulu untuk bagaimana anak muda juga ikut membantu pemerintah desa dalam menyiapkan data penduduk Desa Jono.
Pasca bencana, kami baru sadar betapa pentingnya sebuah data karena dengan data kita lebih mudah berkomunikasi dengan lembaga-lembaga yang ingin membantu. Dari hasil perbaikan data yang dilakukan oleh Yayasan Penabulu bersama-sama dengan pemerintah desa dan pemuda, saat ini juga dipakai oleh beberapa lembaga lain dalam melaksanakan program masing-masing lembaga, seperti ADRA, CWS, Pusaka Indonesia, CRS, YEU, YKMI, GKI, Indonesia Cerdas. Bahkan, data tersebut dapat diajukan ke kabupaten hingga provinsi untuk perbaikan data yang ada
(Hezfrianto 37 Tahun, Kades Jono).
Menjadi sebuah berkah tersendiri bagi kami pemerintah dan masyarakat Desa Jono. Pada awalnya setiap ada lembaga yang meminta data kami selalu menyajikan dalam bentuk print out sehingga dalam kurun waktu satu minggu kami menghabiskan kertas 1 – 2 rim tapi saat ini, kami cukup mengirim lewat Whattsap atau email kepada lembaga yang membutuhkan data Desa Jono, ini berkat bantuan dari teman-teman Penabulu yang sudah mengajarkan kami bagaimana mengirim data menggunakan whattsap (Bapak Yosep 37 Tahun).