Pembangunan Model Hunian Tetap, Desa Jono, Kecamatan Dolo Selatan

Dolo Selatan 26 November 2019

Setelah tercapai kesepakatan warga melalui proses musyawarah terkait desain dan model hunian tetap, maka proses selanjutnya adalah tahap pembangunan rumah model huntap.

Seperti contoh di Desa Jono Kecamatan Dolo Selatan, warga desa diberi keleluasaan untuk memilih desain dan model rumah yang akan mereka bangun. Warga dapat memilih desain rumah yang ditawarkan oleh Yayasan Penabulu atau yang ditawarkan oleh Kementerian PUPR.

Di Desa Jono model huntap dibangun di tanah milik Bapak Hezfrianto (Kepala Desa Jono). Pembangunan huntap diawasi oleh Tim Pelaksana Pembangunan (TPP), yang diketahui oleh Kepala Desa.

Estimasi pembangunan model huntap selama 30 hari. Tim pelaksana melakukan pengawasan pembangunan sesuai dengan gambar desain huntap dan dengan biaya yang sesuai dengan rencana anggaran biaya (RAB) yang telah disepakati.

Selain di Desa Jono, pembangunan model huntap lainnya, juga dilakukan di beberapa desa dampingan Yayasan Penabulu, diantaranya Desa Wisolo, Desa Boladangko, dan Desa Tangkulowi.

Dinas Lingkungan Hidup meninjau Aktivitas Bank Sampah

Palu, 22 November 2019

Dalam rangka kegiatan pengelolaan sampah plastik secara terpadu di Kota Palu, saat ini telah terbentuk lima bank sampah yang tersebar di Kelurahan Besusu Timur, Kelurahan Birobuli Selatan, Kelurahan Tatura Selatan, Kelurahan Silae, dan Kelurahan Kayumaleo Pajeko.

Aktivitas bank sampah di kelurahan-kelurahan tersebut telah berjalan sejak bulan Agustus lalu. Masyarakat yang terdaftar sebagai nasabah bank sampah secara rutin dalam waktu seminggu sekali melakukan penimbangan sampah plastik yang masih dapat di daur ulang. Setiap nasabah memiliki buku tabungan sebagai catatan transaksi sampah plastik yang disetorkan.

Pada satu kesempatan (18/11/2019), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu yang diwakili oleh Tinus Siampa selaku Kabid Pengendalian Pencemaran  Kerusakan & Pengembangan Kapasitas Lingkungan (P2KPKL), meninjau aktivitas bank sampah di Kelurahan Birobuli Selatan, Kelurahan Besusu Timur, dan Kelurahan Silae.

Tinus Siampa mengapresiasi kegiatan bank sampah yang sudah berjalan. Bisa tetap eksis sekalipun masih terbatas dalam penganggaran.

Harapannya, Penabulu tetap bisa mendampingi kegiatan dan pengelolaan bank sampah, tidak terbatas di lima kelurahan saja, namun dapat diperluas ke seluruh kelurahan di Kota Palu. Supaya dapat tercipta lingkungan yang asri dan nyaman.

Monitoring Pertumbuhan Benih Mangrove, Kelurahan Kayumaleo Pajeko

Kayumaleo Pajeko, 19 November 2019

Setelah selesainya aktivitas penanaman benih Mangrove di Kelurahan Pantoloan Boya, Kelurahan Panau, Kelurahan Mamboro, dan Kelurahan Kayumalue Pajeko, aktivitas selanjutnya adalah perawatan dan monitoring pertumbuhan benih Mangrove.

Perawatan dan monitoring adalah kegiatan penjagaan benih-benih Mangrove yang telah ditanam. Tahap ini dilakukan secara berkala penting, karena akan dapat menjaga kelulusan hidup benih Mangrove supaya memiliki pertumbuhan yang optimal.

Perawatan dilakukan melalui penyiangan, penyulaman, dan pengontrolan terhadap terhadap faktor perusak. Jika ada benih Mangrove yang mati, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan mengganti benih-benih Mangrove yang mati dengan benih Mangrove yang baru.

Selain penyulaman, aktivitas perawatan berikutnya adalah penyemprotan. Penyemprotan dilakukan untuk mencegah datangnya kutu daun dan serangga lainnya. Bila serangan hama ini terjadi, sebaiknya benih yang terserang dimusnahkan, agar menghambat penyebarannya pada benih lain.

Perlindungan benih Mangrove lainnya adalah pengawasan terhadap hewan ternak yang berkeliaran di area penanaman benih Mangrove. Untuk serangan Sapi, dilakukan dengan cara negosiasi dan sosialisasi kepada penggembala setempat, dan himbauan agar tidak menggembalakan Sapi di sekitar area penanaman.

“Data yang Baik Menjadikan Kami Lebih Baik”

Gempa Bumi dan Likuifaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala pada 28 September 2018 mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Desa Jono, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah adalah salah satunya.

Pada fase emergency respon, tahapan yang umum dilakukan oleh lembaga kemanusiaan di lokasi terkena dampak adalah pendataan. Data merupakan acuan bagi siapapun; baik pemerintah desa maupun lembaga kemanusiaan untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan.

Dalam proses pendataan korban bencana banyak sekali metode dan strategi yang digunakan. Mulai dari menggunakan form yang berlembar-lembar sampai mendatangkan tenaga ahli.

Minggu ke 3 pasca gempa, Penabulu bersama dengan ICCO Cooperation juga melakukan pendataan cepat di Desa Jono dengan mengidentifikasi jumlah penduduk terdampak, jumlah bangunan rusak dan apa saja kebutuhan masyarakat terkait pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Cara yang dilakukan oleh Penabulu dalam melakukan pendataan cukup unik. Disaat banyak lembaga kemanusiaan melakukan pendataannya secara mandiri, Penabulu justru melakukannya dengan melibatkan sumberdaya local dalam hal ini masyarakat terkena dampak untuk melakukan pendataan.

Berbagi pengetahuan yang dilakukan oleh Penabulu tidak terputus hanya sampai kepada 4 orang warga saja, tetapi juga kepada Kepala Desa dan perangkat desa terakit dalam pendistribusian data kepada pihak lain yang membutuhkan dengan aplikasi Whatsapp. Pada minggu pertama dan kedua pasca gempa, pihak desa dapat menghabiskan kertas 1-2 rim hanya untuk mendistribusikan data kepada pihak-pihak yang ingin memberikan bantuan ke Desa Jono. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan Kepala Desa dalam pemanfaatan aplikasi Whatsapp untuk pendistribusian data.

Salah satu pemuda Desa Jono(Fernando) yang sedang melakukan veifikasi data penduduk dan status kerusakan bangunan (Foto Hendrik)

Dengan pendekatan inilah, kemudian banyak lembaga kemanusiaan yang langsung merespon cepat apa saja kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Jono, dan proses pemulihan pasca gempa di Desa Jono lebih cepat terealisasi dibandingkan dengan Desa lain di Kabupaten Sigi.

Saat ini pemerintah Desa Jono telah mengeluarkan kebijakan agar data yang didistribusikan kepada pihak luar yang ingin membantu Desa Jono adalah Data yang disusun oleh Penabulu dan 4 orang warganya. Dan data ini telah digunakan oleh banyak pihak seperti seperti ADRA, CWS, Pusaka Indonesia, CRS, YEU, YKMI, GKI dan Indonesia Cerdas.

Quote

Pada pasca bencana banyak lembaga kemanusiaan mulai berdatangan untuk memberi bantuan, mulai dari bantuan makanan, minuman, pakaian, MCK, tempat ibadah,dan tempat tinggal. Lembaga-lembaga tersebut sebelum memberi bantuan, mereka meminta data penduduk, korban jiwa, tingkat kerusakan, bahkan system mata pencaharian. Kami dari pemerintah desa kesulitan memberikan data, karena data yang ada terakhir update tahun 2015.

Kedatangan Penabulu di Desa Jono sejak Oktober 2018 sangat membantu kami khususnya pemerintah desa dalam menyiapkan kebutuhan data penduduk Desa Jono. Pada waktu itu anak-anak muda juga bisa belajar menggunakan komputer, ada juga yang belajar menggunakan Global Positioning System (GPS) yang dipakai untuk melakukan survey lahan dan titik – titik yang dibutuhkan dalam membangun kembali desa kami. Kegiatan itu dilakukan oleh pendamping dari Yayasan Penabulu untuk bagaimana anak muda juga ikut membantu pemerintah desa dalam menyiapkan data penduduk Desa Jono.

Pasca bencana, kami baru sadar betapa pentingnya sebuah data karena dengan data kita lebih mudah berkomunikasi dengan lembaga-lembaga yang ingin membantu. Dari hasil perbaikan data yang dilakukan oleh Yayasan Penabulu bersama-sama dengan pemerintah desa dan pemuda, saat ini juga dipakai oleh beberapa lembaga lain dalam melaksanakan program masing-masing lembaga, seperti ADRA, CWS, Pusaka Indonesia, CRS, YEU, YKMI, GKI, Indonesia Cerdas. Bahkan, data tersebut dapat diajukan ke kabupaten hingga provinsi untuk perbaikan data yang ada

(Hezfrianto 37 Tahun, Kades Jono).

Menjadi  sebuah berkah tersendiri bagi kami pemerintah dan masyarakat Desa Jono. Pada awalnya setiap ada lembaga yang meminta data kami selalu menyajikan dalam bentuk print out sehingga dalam kurun waktu satu minggu kami menghabiskan kertas 1 – 2 rim tapi saat ini, kami cukup mengirim lewat Whattsap atau email kepada lembaga yang membutuhkan data Desa Jono, ini berkat bantuan dari teman-teman Penabulu yang sudah mengajarkan kami bagaimana mengirim data menggunakan whattsap (Bapak Yosep 37 Tahun).

 

Pengolahan Sampah Organik dengan Magot BSF

 

Silae, Palu, 10 November 2019

Dalam kerangka pengurangan sampah di Kota Palu, dan setelah dibentuknya bank sampah di beberapa kelurahan, kegiatan lain yang akan dijalankan adalah pengolahan sampah organik melalui budidaya magot BSF.

Kegiatan persiapan budidaya magot mulai dilaksanakan di Kelurahan Silae dan Kelurahan Birobuli Selatan.

Pengolahan sampah organik dengan menggunakan Larva Black Soldier Fly (BSF), adalah memasukkan larva magot ke dalam tumpukan sampah organik, seperti sampah buah-buahan atau sayuran.

Magot dipelihara dalam kandang berdinding kawat nyamuk, agar udara dapat tetap masuk dan magot mendapat udara dan suhu yang cukup.

Budidaya magot BSF mampu merombak biomassa dan mengurangi sampah organik, mengurangi bau yang biasa timbul dari penguraian sampah, menghilangkan mikroba pathogen, dan mengurangi senyawa-senyawa yang berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.

Selain mampu mengurangi timbulan sampah organik, magot juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Magot dapat digunakan sebagai pakan alternatif berbagai macam ternak dengan kandungan protein yang tinggi.

Penanaman Bakau di Kecamatan Tawaeli dan Kecamatan Palu Utara, Kota Palu Sulawesi Tengah

Kota Palu, Periode Kegiatan: 30 September – 1 November 2019

A. Kelurahan Mamboro Barat

Setelah memulai penanaman di Kelurahan Kayumalue Pajeko, saat ini Penabulu melakukan penanaman bakau di Kelurahan Mamboro Barat Kec. Palu Utara dengan melibatkan beberapa lembaga pencinta alam yang berada di Kelurahan Mamboro barat, yaitu KPA ORZ-SAT, KPA IPELIGER, UNIT JRPG, dengan jumlah keseluruhan yang hadir dalam penanaman tersebut 24 Orang.

 

Penanaman bakau di Kelurahan Mamboro Barat Kec. Palu

Kegiatan ini di lakukan pada tanggal 30 September dengan target yang di tanam yaitu 3.000 benih. Dari target terget tersebut, kegiatan penanaman dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu 30 September 2019 dan 6 Oktober 2019, dan 1 November 2019. Setelah benih 3.000 telah tertanam, KPA ORZ-SAT masih ingin menambah jumlah bakau di Kelurahan Mamboro Barat di lokasi yang berbeda, sehingga saat ini jumlah bakau yang di tanam di Kelurahan Mamboro sebanyak 5.700 dan telah tertanam.

Penanaman dilakukan dengan menggunakan alat (besi yang dibentuk huruf T).

B. Kelurahan Kayumalue Pajeko

Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara juga merupakan wilayah program untuk penanaman bakau dan pemulihan ekonomi. Selain melakukan penanaman, di Kelurahan Kayumalue Pajeko juga dilakukan penyemaian bakau sebanyak 7.000 yang diperuntukkan untuk penyulaman. Saat ini benih yang telah disemai telah berusia 2 bulan, terhitung sejak bulan Agustus 2019.

 

Bibit bakau Rizhopora Apiculata yang telah berusia dua bulan

Selain penyemaian, juga telah tertanam bakau di Kelurahan Kayumalue Pajeko dengan melibatkan masyarakat dan komunitas IPELIKA yang ada di Kelurhan Kayumalue Pajeko dan komunitas pencinta alam. Saat ini  telah tertanam bakau di Kelurahan Kayumalue Pajeko berjumlah 7.000 pohon.

Selain menanam bakau, Penabulu juga telah membentuk 4 kelompok usaha perempuan nelayan di Kelurahan Kayumalue Pajeko, yang saat ini dalam proses melengkapi administrasi kelompok untuk membuat rekening kelompok.

Penanaman di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara

C. Kelurahan Panau

Kelurahan Panau juga telah tertanam bakau sebanyak 4.000, penanaman di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaeli dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak, antara lain Revolusi Hijau, ORZ-SAT, EPILIGER, DKP, dan masyarakat Kelurahan Panau. Selain penanaman, di Kelurahan Panau juga telah terbentuk 10 kelompok usaha perempuan nelayan yang saat ini masih dalam proses melengkapi administrasi untuk membuat rekening kelompok.

Penanaman bakau di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli

Kelurahan Panau juga telah tertanam bakau sebanyak 4.000, penanaman di Kelurahan Panau Kecamatan Tawaeli dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak, antara lain Revolusi Hijau, ORZ-SAT, EPILIGER, DKP, dan masyarakat Kelurahan Panau. Selain penanaman, di Kelurahan Panau juga telah terbentuk 10 kelompok usaha perempuan nelayan yang saat ini masih dalam proses melengkapi administrasi untuk membuat rekening kelompok.

Musyawarah pembentukan kelompok di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli

D. Kelurahan Pantoloan Boya

Saat ini di Kelurahan Pantoloan Boya juga telah tertanam bakau 4.435 benih bakau, yang saat ini sebagian telah berusia 2 bulan terhitung sejak bulan Agustus 2019. Penanaman bakau di Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Tawaeli melibatkan beberapa pihak, antara lain DKP Provinsi Sulawesi Tengah, kelompok perempuan, Mapala Wanacikal Fakultas Kehutanan Univ. Tadulako, masyarakat Pantoloan Boya, KPA ORZ-SAT, Himpunan Mahasiswa Kehutanan Univ. Tadulako. Selain penanaman bakau, juga telah terbentuk 2 kelompok usahan perempuan nelayan di Kelurahan Pantoloan Boya, yang saat ini masih dalam proses melengkapi dokumen administrasi untuk pembuatan rekening kelompok.

Penanaman Bakau di Kelurahan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli